Terduga pengemudi penyerangan Konsulat AS mengaku tidak mengetahui adanya rencana teror
3 min read
Istanbul, Turki – Menurut seorang pria yang diduga mengemudikan mobil yang memisahkan diri dalam serangan di Konsulat AS, dia hanya ditunjuk sebagai pengemudi dan tidak tahu bahwa penumpangnya merencanakan serangan teror, sebuah surat kabar Turki melaporkan pada hari Jumat.
Polisi menangkap pria tersebut pada Kamis malam dan mencurigai dia adalah pria bersenjata keempat yang terlibat dalam penembakan hari Rabu di luar Konsulat di Istanbul, sebuah serangan mendadak yang melibatkan tiga polisi dan tiga penyerang.
Presiden Bush menelepon Presiden Turki pada hari Jumat untuk menyampaikan belasungkawa.
Secara total, polisi menahan sepuluh orang untuk diinterogasi, kata gubernur Istanbul Muammer Guler pada hari Jumat. Empat dari mereka ditangkap tak lama setelah penembakan, termasuk satu orang yang dilaporkan melakukan panggilan telepon dengan para penyerang, menurut laporan media.
Para pejabat AS dan Turki menyebut operasi tersebut sebagai serangan teror dan Turki segera meningkatkan keamanan di seluruh misi diplomatik AS. Polisi mencurigai para penyerang mempunyai hubungan dengan Al Qaeda, namun mengatakan mereka masih belum memiliki bukti nyata mengenai hubungan tersebut.
Surat kabar Milliyet melaporkan bahwa tersangka manajer pelarian mengatakan kepada para interogator bahwa dia telah mengantar para penyerang dari konsulat ke konsulat, namun mereka tidak mengetahui rencana mereka.
Surat kabar Turki lainnya, Hurriyet, melaporkan bahwa pria tersebut mengatakan kepada polisi anti-terorisme bahwa dia melarikan diri dari tempat kejadian karena takut akan nyawanya. Setelah Turki melancarkan perburuan besar-besaran untuk menemukannya, anggota keluarga membujuknya untuk menyerahkan diri, lapor Milliyet.
Tidak ada surat kabar yang mengutip sumbernya, namun polisi Turki secara teratur membocorkannya melalui media.
Guler membenarkan bahwa pengemudi mobil tersebut telah ditangkap dan mengatakan penangkapan lebih lanjut akan dilakukan setelah pria tersebut diinterogasi oleh polisi. Dia tidak mengomentari laporan Milliyet.
Bush menelepon Presiden Abdullah Gul untuk menyampaikan belasungkawa atas kematian polisi tersebut dan berterima kasih kepada pasukan keamanan Turki, menurut kantor Gul.
“(Gul) memiliki tekad (Turki) untuk memerangi terorisme, mengulangi dan menggarisbawahi pentingnya melanjutkan kolaborasi antara Turki dan Amerika Serikat,” demikian pernyataan kantor Gul.
Penyelidik juga menyelidiki kemungkinan hubungan salah satu penyerang dengan Al Qaeda di Afghanistan.
Erkan Kargin, salah satu dari tiga penyerang yang tewas dan diduga sebagai pemimpin geng, sebelumnya pernah melakukan perjalanan ke Afghanistan, menurut seorang pejabat pemerintah yang berbicara tanpa menyebut nama karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
Lusinan militan Islam dari Turki menjalani pelatihan militer di kamp Al -qaeda di Afghanistan dan beberapa bertempur dan tewas di barisan Al -qaeda di Irak, kata para pejabat Turki.
Guler menyebut serangan itu sebagai ‘serangan bunuh diri’ yang mengacu pada fakta bahwa tiga penyerang tewas.
Laporan media menyatakan bahwa serangan terhadap konsulat bisa jadi merupakan balas dendam atas kematian seorang militan Al-Qaeda, Abdul Fettah, yang diduga dibunuh di Afghanistan oleh pemboman Amerika. Fettah dan Kargin berasal dari provinsi tenggara yang sama.
Televisi NTV juga menyatakan bahwa serangan pada bulan Januari terhadap tersangka sel Al -qaeda di Provinsi Tenggara Gaziantep yang menewaskan lima orang bisa saja terjadi di Provinsi Tenggara Gaziantep yang menewaskan lima orang. Amerika Serikat bekerja sama dengan Turki melawan kelompok tersebut.
Turki telah mewaspadai militan Islam yang berbasis di dalam negeri sejak pelaku bom bunuh diri yang terkait dengan Al-Qaeda pada tahun 2003 menewaskan 58 orang. Namun sifat sekuler Turki, upayanya untuk bergabung dengan Uni Eropa, dan kedekatannya dengan Barat dan Israel menjadikannya target yang sangat baik bagi kelompok Muslim radikal.