Desember 16, 2025

blog.hydrogenru.com

Mencari Berita Terbaru Dan Terhangat

Ketika ada kabar buruk, keluarga seringkali tidak mempercayai dokter

3 min read
Ketika ada kabar buruk, keluarga seringkali tidak mempercayai dokter

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa keluarga dari pasien yang sakit kritis seringkali memiliki pandangan yang lebih optimis terhadap kondisi orang yang mereka cintai dibandingkan dokter, bahkan ketika mereka diberi perkiraan spesifik mengenai peluang untuk bertahan hidup.

Sejumlah penelitian menemukan bahwa dokter dan anggota keluarga sering kali memiliki pendapat berbeda mengenai peluang bertahan hidup pasien yang sakit kritis. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah dokter secara efektif mengkomunikasikan perkiraan prognosis pasiennya, yaitu perjalanan penyakitnya.

Banyak ahli kini merekomendasikan agar dokter mencoba memberikan perkiraan numerik spesifik mengenai peluang pasien untuk bertahan hidup – daripada informasi “kualitatif”, seperti memberi tahu keluarga bahwa “sangat tidak mungkin” orang yang mereka cintai akan bertahan hidup.

Jadi untuk studi baru ini, para peneliti melihat apakah pendekatan numerik dan kualitatif berbeda dalam pengaruhnya terhadap pandangan keluarga.

Para peneliti meminta 169 kerabat pasien yang dirawat di satu unit perawatan intensif (ICU) menonton video yang menggambarkan seorang dokter mendiskusikan prognosis pasien ICU yang sakit kritis dengan keluarganya.

Setengah dari anggota keluarga melihat skenario hipotetis di mana dokter memberi tahu keluarga tersebut bahwa kerabat mereka “sangat tidak mungkin” untuk bertahan hidup dan “sangat mungkin” untuk meninggal. Dokter juga mengatakan bahwa jika dia masih hidup, dia mungkin harus menggunakan ventilator untuk bernapas. Separuh anggota keluarga lainnya melihat video dengan skenario yang sama, kecuali dokter mengatakan pasien memiliki peluang 10 persen untuk bertahan hidup dan 90 persen peluang meninggal.

Dalam kedua kasus tersebut, para peneliti menemukan, peserta penelitian mendapatkan perkiraan yang lebih positif mengenai prognosis hipotetis pasien dibandingkan yang diberikan oleh dokter dalam video tersebut.

Ketika diminta untuk memberikan perkiraan mereka sendiri mengenai peluang pasien untuk bertahan hidup, peserta penelitian memberikan perkiraan rata-rata sebesar 26 persen setelah menonton video di mana dokter mengatakan bahwa kelangsungan hidup “sangat tidak mungkin”.

Namun bahkan setelah menonton video di mana dokter memberi peluang 10 persen untuk bertahan hidup, peserta penelitian masih mengatakan bahwa pasien rata-rata memiliki peluang 22 persen untuk bertahan hidup.

“Temuan paling penting adalah banyak keluarga tidak menerima perkiraan dokter begitu saja,” kata Dr. Douglas B. White, dari University of Pittsburgh Medical Center di Pennsylvania, yang memimpin penelitian tersebut.

Temuan ini, yang dilaporkan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, juga menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif dengan keluarga bukan hanya sekedar perkiraan numerik mengenai peluang kelangsungan hidup, melainkan perkiraan kualitatif.

Namun bukan berarti cara dokter berkomunikasi dengan keluarga tidak penting.

Sebaliknya, White mengatakan dalam sebuah wawancara, dokter ICU mungkin harus membatasi jumlah informasi yang mereka sampaikan sehingga anggota keluarga cenderung tidak kewalahan pada saat mereka sedang putus asa. Mereka juga dapat mencoba bertanya kepada anggota keluarga secara eksplisit apakah mereka memahami informasi yang baru saja diberikan, katanya.

Kepercayaan adalah masalah utama lainnya, kata peneliti. Dokter ICU bukanlah dokter tetap pasien atau keluarga, yang berarti anggota keluarga diminta untuk memercayai penilaian orang asing.

Dalam penelitian ini, peserta yang melaporkan relatif kurang percaya pada dokter juga lebih tidak setuju dengan perkiraan prognosis dokter dalam video tersebut.

White mengatakan masih belum jelas bagaimana cara terbaik bagi dokter ICU untuk membangun tingkat kepercayaan antara mereka dan anggota keluarga dalam jangka waktu yang singkat dan penuh emosi.

Penelitian juga menunjukkan bahwa keluarga mempertimbangkan sejumlah faktor, selain penilaian dokter, ketika menyangkut pandangan mereka sendiri mengenai peluang orang yang dicintai untuk bertahan hidup.

Dalam penelitian sebelumnya, White dan rekan-rekannya menemukan bahwa keluarga pasien ICU yang sakit kritis jarang hanya mengandalkan prediksi dokter saja.

Sebaliknya, mereka sering mempertimbangkan persepsi mereka tentang kekuatan dan “keinginan untuk hidup” orang yang mereka cintai, mengatasi riwayat penyakitnya, dan kepercayaan mereka pada optimisme, intuisi, dan keyakinan.

Penelitian ini tidak meneliti apakah perbedaan antara perkiraan prognosis anggota keluarga dan dokter dapat mempengaruhi keputusan keluarga mengenai apakah akan melanjutkan perawatan penunjang kehidupan. Namun penelitian sebelumnya, kata White, menunjukkan hal tersebut.

Mengenai seberapa baik dokter dapat memperkirakan prognosis, penelitian menunjukkan bahwa mereka “cukup akurat” ketika memperkirakan peluang umum bahwa pasien dalam situasi tertentu akan bertahan hingga keluar dari rumah sakit, menurut White.

Namun, mereka tidak pandai memprediksi apakah pasien akan hidup atau mati.

White mengatakan, ada “ketidakpastian yang melekat dalam dunia kedokteran,” dan dokter juga perlu menyampaikan fakta tersebut kepada anggota keluarga.

Togel Singapura

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.