Abbas siap bertemu Kongres, Bush
3 min read
WASHINGTON – Pemimpin Palestina Mahmud Abbas (pencarian) berharap tiga hari lobi ke Gedung Putih dan Kongres akan memberinya dukungan yang dia butuhkan dari Amerika Serikat.
Abbas akan merujuk pada gencatan senjata yang ditengahinya dengan kelompok militan dan reformasi yang telah ia lakukan di pemerintahannya. Sebagai imbalannya, para pejabat mengatakan dia akan meminta peningkatan tekanan AS terhadap Israel untuk kembali ke meja perundingan
“Kami menginginkan posisi Amerika yang jelas mengenai penerapan peta jalan tersebut dan kami menginginkan dukungan ekonomi,” kata Abbas kepada wartawan setelah tiba di Washington pada hari Selasa.
Peta jalan rencana perdamaian yang didukung secara internasional, yang menyerukan pembentukan negara Palestina, telah lama terhenti karena kedua belah pihak, Israel dan Palestina, saling menyalahkan atas kebuntuan tersebut.
Tidak ada pihak yang memenuhi kewajiban mereka.
Abbas akan bertemu dengan Presiden Bush pada hari Kamis, yang merupakan puncak dari jadwal kunjungannya yang padat dengan anggota parlemen, pemimpin Yahudi dan Arab Amerika serta pejabat senior pemerintah.
Dia akan menghabiskan sebagian besar hari Rabunya dengan anggota DPR dan Senat sebelum bertemu dengan wakil presiden Dick Cheney (pencarian) dan Sekretaris Negara Nasi Condoleezza (pencarian) di malam hari.
Palestina mempunyai beberapa keluhan, terutama mengenai perluasan pemukiman Yahudi yang terus dilakukan Israel di Tepi Barat dan keengganan mereka untuk melanjutkan perundingan damai dengan Palestina.
Perdana Menteri Israel Ariel Sharon mengatakan pemerintahnya akan menyelesaikan rencana penarikan diri dari Israel jalur Gaza (cari) dan rayakan Bank Barat (mencari) penyelesaian musim panas ini sebelum mempertimbangkan kembali ke meja perundingan. Sharon juga menuntut agar Abbas melucuti senjata kelompok militan.
AS berharap penarikan tersebut akan mempercepat proses perdamaian, namun warga Palestina bersikap skeptis, khawatir Israel akan menggunakan rencana tersebut sebagai alasan untuk mempertahankan sebagian besar wilayah Tepi Barat.
Dengan peta berkode warna yang menunjukkan pemukiman Yahudi yang ada, dan rencana Israel untuk melakukan ekspansi di masa depan, Abbas berharap dapat meyakinkan Bush bahwa ketakutannya bukannya tidak berdasar.
Dalam pidatonya di Washington pada hari Selasa, Sharon berjanji bahwa Israel akan mempertahankan pemukiman besar di Tepi Barat dalam setiap perjanjian perdamaian akhir.
“Pusat populasi utama Israel di Yudea dan Samaria akan tetap menjadi bagian integral dari Negara Israel dan akan memiliki kedekatan teritorial dengan Israel dalam setiap perjanjian status akhir,” kata Sharon pada pertemuan tahunan Komite Urusan Masyarakat Amerika Israel.
Yang menjadi perhatian khusus warga Palestina adalah rencana Israel membangun sekitar 3.500 rumah baru di Maaleh Adumim, pemukiman terbesar di Tepi Barat. Pembangunan tersebut, jika selesai, akan mengisolasi warga Palestina dari Yerusalem Timur yang secara tradisional merupakan wilayah Arab dan menghancurkan impian mereka untuk menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota negara mereka di masa depan.
Dukungan dari Gedung Putih adalah kunci bagi Abbas ketika partai Fatah yang berkuasa bersiap untuk melakukan pemungutan suara dalam pemilihan parlemen mendatang. Penantang utama mereka adalah Hamas, sebuah kelompok militan yang dengan cepat mendapatkan popularitas di kalangan masyarakat umum yang bosan dengan kebuntuan politik dan ekonomi.
Abbas dipilih berdasarkan platform keamanan, reformasi dan janji masa depan yang bebas dari pendudukan Israel. Meskipun ia lambat dalam menyampaikan pidatonya, dukungan dari Gedung Putih dapat meningkatkan statusnya.
“Kami sedang melakukan demokratisasi. Sekarang kami menginginkan kebebasan,” kata Salam Fayyad, menteri keuangan Palestina.