Dokter Hewan Irak Mencari Perawatan Kesehatan Mental
2 min read
Sekitar sepertiga veteran Perang Irak di AS mengakses layanan kesehatan mental pada tahun setelah kembali dari perang.
Demikian menurut sebuah penelitian di The Journal of American Medical Association. Para peneliti termasuk Charles Hoge, MD, dari Divisi Psikiatri dan Ilmu Saraf Institut Penelitian Angkatan Darat Walter Reed.
Penelitian menunjukkan bahwa persentase veteran perang Irak yang mengakses layanan kesehatan mental lebih besar pada tahun setelah mereka kembali dibandingkan mereka yang bertugas di Afghanistan, Bosnia dan Kosovo.
Para veteran yang mengalami pertempuran atau dirawat di rumah sakit di Irak lebih mungkin mengakses layanan kesehatan mental, demikian temuan tim Hoge.
Kembali Dari Perang
Data berasal dari dua sumber:
–Survei kesehatan pasca penempatan, yang mencakup pertanyaan kesehatan mental dan diberikan kepada semua anggota militer dalam waktu 2 minggu setelah mereka kembali ke rumah.
–Sistem Pengawasan Medis Pertahanan, database catatan medis anggota dinas.
Lebih dari 424.000 anggota militer – sebagian besar dari Angkatan Darat dan Korps Marinir – mengikuti survei pasca penempatan. Mayoritas bertugas di Irak.
Survei tersebut mencakup kesehatan umum, depresi, sindrom pasca-trauma, keinginan bunuh diri, agresi, dan minat menerima layanan kesehatan mental.
Studi tersebut menunjukkan bahwa 19 persen veteran Perang Irak memenuhi syarat untuk mendapatkan “perawatan kesehatan mental,” dibandingkan dengan 11 persen veteran yang bertugas di Afghanistan dan sekitar 8 persen dari mereka yang ditugaskan di lokasi lain.
Tampilan Lebih Panjang
Basis data tersebut memberikan gambaran yang lebih panjang mengenai penggunaan layanan kesehatan mental oleh para veteran.
Selama tahun pertama setelah kembali ke negaranya, 35 persen veteran perang Irak mengakses layanan kesehatan mental dan 12 persen didiagnosis menderita masalah kesehatan mental.
“Tidak jelas mengapa terdapat begitu banyak penggunaan layanan kesehatan mental tanpa diagnosis penyakit mental,” tulis Hoge dan rekannya. Mereka menyebut angka tersebut “jauh lebih tinggi” pada veteran Perang Irak, dibandingkan dengan veteran yang bertugas di Afghanistan dan di tempat lain, serta angka pada anggota militer pra-penempatan.
Penelitian juga menunjukkan bahwa dua pertiga dari anggota layanan yang mengakses layanan kesehatan mental melakukannya dalam waktu dua bulan setelah kembali ke rumah. Hal ini “menggembirakan”, tulis para peneliti, karena mengidentifikasi masalah sejak dini adalah langkah pertama menuju pengobatan.
Namun, penelitian menunjukkan peningkatan angka masalah kesehatan mental tiga hingga empat bulan setelah penempatan, yang menunjukkan bahwa mungkin masih ada “hambatan signifikan terhadap perawatan,” tulis tim Hoge.
Oleh Miranda Hittidiulas oleh Louise Chang, MD
SUMBER: Hoge, C. The Journal of American Medical Association, 1 Maret 2006; jilid 295: hlm 1023-1032. Rilis berita, JAMA/Arsip.