April 20, 2025

blog.hydrogenru.com

Mencari Berita Terbaru Dan Terhangat

Menimbulkan ketegangan, pemilu mendasari perselisihan Turki-Belanda

3 min read
Menimbulkan ketegangan, pemilu mendasari perselisihan Turki-Belanda

Ketegangan diplomatik antara Turki dan Eropa Barat meletus pada akhir pekan setelah Belanda melarang pejabat Turki mengadakan demonstrasi di negara mereka, sehingga memicu retorika kemarahan dan ancaman konsekuensi yang mengerikan dari Ankara.

Berikut beberapa pertanyaan dan jawaban mengenai situasi ini dan bagaimana hal itu meningkat secara tiba-tiba:

___

MENGAPA PEJABAT TURKI MEMEGANG WILAYAH DI BELANDA?

Turki tinggal sebulan lagi untuk mengadakan referendum mengenai apakah akan mengubah konstitusi negaranya. Perubahan yang diusulkan akan memperluas kekuasaan Presiden Recep Tayyip Erdogan secara signifikan.

Jajak pendapat menunjukkan persaingan ketat dan partai berkuasa yang dipimpin Erdogan berusaha menggalang dukungan bagi kubu “ya” dengan berkampanye di kalangan diaspora Turki di tempat lain di Eropa.

Ada sekitar 400.000 orang asal Turki yang tinggal di Belanda, banyak di antaranya berimigrasi pada tahun 1960an sebagai pekerja tamu.

Hal ini menjadikan kota-kota di Belanda seperti Rotterdam sebagai tempat perhentian kampanye penting bagi para pejabat Turki.

___

MENGAPA BELANDA MEMBLOKIR unjuk rasa?

Pemerintah Belanda mengatakan pihaknya mencabut izin pendaratan pesawat yang membawa Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada hari Sabtu karena “risiko terhadap ketertiban dan keamanan umum.”

Beberapa jam kemudian, Menteri Keluarga dan Kebijakan Sosial Turki, Fatma Betul Sayan Kaya, dilarang memasuki kompleks diplomatik Turki di Rotterdam, sehingga memicu kebuntuan dengan polisi bersenjata.

Ahmed Aboutaleb, Walikota Rotterdam, menuduh konsul jenderal Turki melakukan “penipuan yang memalukan” dan mengatakan dia menyangkal kedatangan menteri tersebut meskipun ada peringatan dari pemerintah untuk menjauh.

Kaya kemudian diantar kembali ke Jerman, lalu dia masuk ke Belanda.

___

BAGAIMANA RESPON TURKI?

Pada rapat umum di Istanbul pada hari Minggu, Erdogan membandingkan Belanda dengan “sisa-sisa Nazi,” dan menambahkan: “mereka adalah fasis.”

Ini adalah kedua kalinya Erdogan membandingkan negara lain dengan Nazi. Yang pertama ditujukan ke Jerman, setelah beberapa otoritas lokal di negara tersebut membatalkan acara kampanye yang dilakukan pejabat Turki dengan alasan alasan keamanan.

Kanselir Jerman Angela Merkel menanggapinya pada hari Senin dengan menyatakan bahwa Belanda mendapat “dukungan penuh dan solidaritas”.

Sementara itu Denmark telah meminta Perdana Menteri Turki Binali Yildirim untuk menunda rencana kunjungannya karena ketegangan antara Ankara dan Belanda.

Emmanuel Macron, seorang kandidat berhaluan tengah dalam pemilihan presiden Prancis, menyerukan tanggapan terpadu dari mitra-mitra Eropa terhadap apa yang ia gambarkan sebagai “komentar yang tidak dapat diterima” oleh pihak berwenang Turki.

___

BEGITU TURKI VS. EROPA?

TIDAK. Meskipun ada retorika yang berapi-api antara Berlin dan Ankara, Jerman menegaskan tidak berencana menerapkan larangan menyeluruh terhadap pejabat Turki yang berkampanye di negara tersebut.

Pemerintah Jerman juga bereaksi dingin terhadap saran agar Turki dihukum dengan cara lain.

Hal ini sebagian disebabkan oleh banyaknya warga Turki di Jerman yang berjumlah lebih dari 3 juta jiwa, dan sekitar 1,4 juta jiwa di antaranya berhak memilih dalam referendum tersebut.

Alasan lain yang membuat Jerman berhati-hati adalah fakta bahwa Berlin memerlukan dukungan Ankara untuk mengendalikan arus migran ke Eropa.

Kesepakatan antara Uni Eropa dan Turki dipandang sebagai salah satu alasan utama mengapa arus migran yang menyeberang ke Eropa melambat dalam beberapa bulan terakhir.

___

BAGAIMANA HAL INI MEMPENGARUHI REFERENDUM?

Perselisihan ini telah memicu sentimen nasionalis di kalangan sebagian warga Turki di Eropa, sehingga memicu protes kemarahan di Jerman dan Belanda.

Liputan luas mengenai perselisihan diplomatik dan konsekuensinya dapat mengalihkan perhatian dari isu referendum itu sendiri.

Erdogan dan sekutunya juga mengklaim bahwa negara-negara Eropa Barat mendukung penentang perubahan konstitusi, dan menyatakan bahwa dengan memilih “tidak” dalam referendum, maka pemilih akan mendukung musuh-musuh Turki.

Perselisihan ini juga terjadi hanya beberapa hari sebelum Belanda memilih majelis rendah Parlemen yang baru.

Kampanye ini didominasi oleh isu-isu identitas, dan anggota parlemen anti-Islam Geert Wilders diperkirakan akan meraih banyak keuntungan. Perselisihan dengan Turki, negara berpenduduk mayoritas Muslim, menambah bahan bakar perdebatan tersebut.

Tanggapan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte tampaknya diterima dengan baik oleh para pemilih.

Jika hal ini diterjemahkan menjadi sebuah lonjakan jajak pendapat, hal ini dapat dilihat sebagai contoh bagaimana politisi arus utama dapat memperoleh kembali dukungan dari kelompok populis anti-imigrasi dalam pemilu mendatang di Perancis dan Jerman.

Data SGP Hari Ini

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.